Kekhawatiran Seputar Cyber-Security Data  di Masa Depan

Kekhawatiran Seputar Cyber-Security Data  di Masa Depan

Kita hidup di jaman yang serba mengandalkan teknologi digital, coba pikirkan seberapa sering kita memakai e-mail, bertransaksi melalui dompet digital dan bahkan login ke sosial media dengan akun pribadi. Kemajuan jaman seolah mengatakan bahwa ketergantungan kita terhadap perangkat digital semakin meningkat dan tentu hal ini membuat semakin tinggi kebutuhan akan cyber-security data yang lebih baik.

Indonesia memiliki lebih dari 200 juta pengguna internet pada tahun 2022 atau mungkin sekitar 75% penduduk telah aktif memakai internet. Keadaan pandemi covid-19 telah membuat berbagai kalangan termasuk para pelaku usaha terpaksa beralih ke dunia digital, sehingga Indonesia mengalami pertumbuhan penguna internet yang signifikan dari 175 juta penduduk menjadi lebih dari 200 juta.

Pandemi juga memaksa berbagai aktivitas dilakukan secara online bahkan pemerintah Indonesia sempat mewajibkan scanning barcode pada aplikasi peduli lindungi ketika hendak memasuki fasilitas umum. Hal yang cukup membuka mata kita adalah kejadian bocor nya data PeduliLindungi, yang mengingatkan kepada kita betapa rapuhnya cyber-security negara ini.

Bjorka PeduliLindungi

Jika aplikasi nasional dapat dibobol semudah itu, apa yang bisa menjamin keamanan data kita atau bagaimana dengan masa depan dunia digital kelak dengan semakin bertumbuhnya ekosistem ekonomi digital? Tidak mengherankan, Laporan terbaru dari National Cyber Security Index (NCSI) menunjukkan bahwa cyber security Indonesia berada di peringkat ke-83 dari 160 negara secara global, apakah kita perlu khawatir? 

Baca Juga : Indonesia kekurangan Bakat Cyber Security

Resiko Cyber-Security di Masa Depan itu Nyata

Kekhawatiran akan cyber-security di masa depan memang cukup beralasan, ditambah dengan fakta bahwa saat ini kita kekurangan profesional yang handal dalam menangani hal terkait cyber-security yang berkelanjutan, yang mana hal ini akan mendorong perubahan pada strategi keamanan data dan kebijakan tempat kerja di tahun-tahun yang akan datang.

Pada tahun 2021, sebuah lembaga survey yaitu Gartner membeberkan hasil riset bahwa pada saat ini  dewan direksi berbagai perusahaan sekarang menganggap cyber-security sebagai  risiko bisnis daripada sekadar masalah teknis untuk bagian IT. Prediksi dari riset Gartner adalah sebagai berikut : 

1. Pada tahun 2025, 60% organisasi akan menggunakan risiko cyber-security sebagai penentu utama dalam melakukan transaksi pihak ketiga dan keterlibatan bisnis.

2. Pada tahun 2025, 80% perusahaan akan mengadopsi strategi untuk menyatukan web, cloud services, dan akses aplikasi pribadi dari vendor platform layanan keamanan ternama secara tunggal.

3. Pada tahun 2026, 50% eksekutif korporasi tingkat C akan memiliki persyaratan kinerja terkait dengan risiko yang tertanam dalam kontrak kerja mereka.

Ancaman Pada Teknologi Cloud

Mengenal Peran Penting Perusahaan Cybersecurity Indonesia | Hypernet

Teknologi cloud semakin banyak diadopsi berbagai perusahaan, organisasi dan pemilik bisnis. Teknologi ini memungkinkan orang mengakses perangkat, mengirim pesan, dan menyimpan data tanpa mengandalkan infrastruktur fisik. Cloud juga meningkatkan efisiensi dan membantu perusahaan menghemat biaya.

Baca Juga : Cyber Security pada Cloud, Siapa yang Memiliki Tanggung Jawab?

Maka dari itu teknologi cloud bisa menjadi sasaran bagi para penjahat atau perampok data, mencuri dokumen penting atau merusa, menjual atau mengacaukan aktivitas perusahaan. Hal ini tentu menjadi hal yang meresahkan bagi pemegang kepentingan. Hal yang sama juga akan terjadi pada institusi pemerintahan, demi menjaga data rahasia nasional, keamanan cyber-security perlu ditingkatkan.

Meningkatnya Kebutuhan Keamanan Data Pribadi

Dengan meningkatnya bahaya cyber-security, maka keamanan data pribadi juga menjadi kekhawatiran tersendiri, di jaman digital ini data memiliki nilai yang tinggi. Para hacker dan penjahat cyber bisa mengoleksi data anda dan berbuat hal yang tidak baik. Kejahatan Cyber akan semakin meningkat karenanya dan maka layanan keamanan data pribadi juga akan semakin dibutuhkan di masa depan.

Bahaya Pemanfaatan AI pada Cyber-Security

Salah satu cara penjahat cyber untuk dapat terus berkembang adalah dengan memanfaatkan pembelajaran dari AI dan Machine agar menjadi lebih canggih dan efisien dalam operasi metode serangan. Bisa dibilang teknologi AI dan Machine Learning juga merupakan pedang bermata dua, para profesional cyber-security juga dapat memanfaatkan AI untuk memerangi serangan cyber.

Sejauh ini dengan maraknya tren pemanfaatan data di berbagai bidang kehidupan merupakan daya pendorong utama dalam serangan cyber-security, data memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dikarenakan potensi pemanfaatannya yang tinggi. 

Hal ini tentu memicu tren zero-trust framework pada berbagai perusahaan atau organisasi dimana organisasi tidak boleh secara otomatis mempercayai apa pun di dalam atau di luar batasnya tanpa verifikasi.  Memang cukup mengkhawatirkan bukan? dengan bertambahnya ketergantungan digital itu berarti kita juga semakin membutuhkan keamanan data, apakah kita sudah cukup mampu memenuhinya?